Saat membaca artikel ini, saya anggap anda adalah calon pembeli rumah di sebuah perumahan oleh PT Sena Persada 96. Sehingga, tulisan saya kali ini akan relevan dan tidak akan membosankan untuk anda baca karena disini saya akan cukup banyak menuliskan pengalaman saya membeli rumah ke PT tersebut.
Catatan: Semua yang saya ceritakan disini sangat bisa dibuktikan baik dari history chat saya dengan developer, bukti dia menandatangani surat kepolisian atas laporan saya, sampai cerita dari pemilik rumah lain di perumahan.
Singkat Cerita
Pada Oktober 2020, saya melihat perumahan yang sedang dibangun oleh PT Sena Persada 96 (Agus Sulastri), karena waktu itu saya masih BODOH maka saya main setuju saja membeli rumahnya. Dari awal pembelian rumah, sebenarnya saya sudah sangat yakin kalau keputusan saya membeli rumah disitu sangat keliru.
Contohnya: Pembangunan molor lebih dari 2 bulanan (seinget saya) karena waktu itu saya sedang skripsi sehingga tidak terlalu memantaunya.
Lanjut ke poin utama artikel ini.
PT Sena Persada 96 Agus Sulastri Membohongi Saya
Soal membangun rumah, saya pikir PT Sena Persada 96 cukup bertanggung jawab karena rumah yang saya beli memang dibangun, itu benar adanya.
Namun, soal sertifikat, saya dibohongi habis-habisan.
Sejujurnya saya pesimis bisa menceritakan semuanya karena jumlah kebohongan Agus Sulastri sudah tidak bisa saya hitung, kalau ditulis sampai akhir, mungkin akan membutuhkan waktu berjam-jam.
Tapi tidak apa, demi cerita ini terbit, karena saya harap ini akan menjadi jejak digital yang menarik untuk calon konsumen PT Sena Persada 96 berikutnya.
Agus Sulastri Bohong Soal Sertifikat Rumah Saya
Bohong Soal Keberadaan Sertifikat Rumah saya: Pada Juli 2022, saya menghubunginya via Whatsapp karena ingin mendapatkan sertifikat saya setelah sebelumnya saya belum sempat mengurusnya karena Skripsi serta 1 dan lain hal.
Saya mulai merasa aneh, kenapa harus menunggu padahal saya sudah bayar cash rumahnya? Tapi karena saya masih percaya jadi saya mengindahkan alasannya.
Setelah chat, kurang lebih 3 bulan Agus Sulastri baru balik ke purbalingga, selama 3 bulan waktu tunggu itu saya seringkali menagih sertifikatnya dan dengan sangat tidak tau dirinya, Agus Sulastri seolah-olah yang berkuasa disini, dia pernah bilang kalau saya terus menagih maka dia akan berubah pikiran untuk tidak balik ke Purbalingga.
Waktu berlalu akhirnya kebenaran terungkap.
Setelah dia balik ke Purbalingga, saya segera ke notaris bareng dia dan bisa dibilang saya sudah optimis bakal menerima sertifikat rumah saya langsung setelah itu, tapi ternyata waktu ke waktu sertifikat saya tak kunjung jadi di notaris! Padahal di notaris itu si Agus Sulastri dengan percaya dirinya menemui saya dan seolah olah dia jadi pahlawan karena akan segera memberikan sertifikat rumahnya ke saya.
Ternyata Si Agus ini tidak memegang sertifikat saya, otomatis notaris juga tidak bisa memproses balik nama sertifikat saya karena memang si notaris belum pegang itu. Nah, sertifikat saya itu dipegang oleh PT Selindo Pillar Namus.
Hal itu setelah saya mencari tau, ternyata perumahannya adalah bentuk kerjasama 2 PT, untuk pembangunan diurus PT. SENA PERSADA 96 AGUS SULASTRI, dan untuk sertifikat yang pegang adalah atas nama PT SELINDO PILLAR NAMUS.
Nah, hubungannya dengan sertifikat saya, jadi ternyata uang pembayaran rumah saya yang sudah lunas, ada bagian yang harusnya diberikan ke Selindo sebagai bagian kerjasama 2 PT tadi, yakni sebesar Rp70.000.000, namun Agus Sulastri tidak memberikannya. Karena itulah Selindo menolak memberikan sertifikat rumahnya ke saya (Mereka bahkan tidak tau kalau rumah saya sudah dibayar lunas).
Padahal itu bukan urusan saya, itu urusan internal mereka. Namun yang terkena dampaknya justru saya sebagai konsumen!
Informasi Tambahan: Saat ini sertifikat sudah saya dapatkan setelah membuat laporan ke Polisi, itupun yang memberikan bukan Agus Sulastri, melainkan Selindo Pillar Namus yang akhirnya mengalah untuk memberikan sertifikat rumah saya, tanpa adanya permintaan maaf dari Agus Sulastri.
Dan sebagai catatan, saya jujur tidak menulis semuanya detail banget disini, masih banyak banget lika liku yang sangat menjengkelkan! Seperti Agus Sulastri yang masih bohong waktu memberikan keterangan di kantor polisi soal sertifikat rumah saya, pokoknya sudah tidak bisa dijabarkan saking banyaknya.
Cerita di atas masih akan berlanjut….(Belum sempat nulis lagi)
Sebagai ringkasan dulu, berikut saya akan menuliskan beberapa poin2 kebohongannya Agus Sulastri Purbalingga:
- Tidak ada proses serah terima kunci: Ini merugikan karena saya tidak bisa komplain kualitas bangunan yang ternyata air tidak bersih, banyak nat keramik hingga jendela tidak rapi, dan masih banyak lagi)
- Tidak ada fasilitas mushola sesuai janji: Yap, agus sulastri tidak membangun sebuah mushola di perumahannya, padahal janjinya akan dibangun 1 mushola
- Banyak pemilik rumah lain mengalami hal sama: Rumah samping saya juga dirugikan dengan biaya bangun (kalau tidak salah bagian belakang) yang intinya pemilik rumah membayar lebih banyak, kalau dia bikin sendiri paling nilainya sekian juta saja (bisa hemat 2 digit)
- Biaya balik nama sertifikat sangat tinggi: Saya harus bayar 12.500.000, ada juga yang bayar 18 juta, padahal harusnya 4 juta saja sudah bisa balik nama!